Selasa, 02 Mei 2017

Rekomendasi Untuk Anda × +

Integrasi Antara Metode Dakwah dengan Akhlaq Mulia


Integrasi antara Metode Dakwah dengan Akhlaq Mulia dalam Tatanan Masyarakat Multikultural bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara untuk Mengenalkan Citra Islam yang Mencintai Perdaiman

Oleh : Sahupriadi
(Sahupriadi.al.husian1@gmail.com)
Universitas Negeri Malang

Menyampaikan kebaikan dalam islam dalam sesuatu yang mulia, kegiatan seperti ini secara umum dikenal sebagai dakwah, begitupun dalam menghadapi perbedaan yang ada dimasyarakat yang ada dalam masyarakat diperlukan sikap yang proporsional dalam berdakwah untuk menghidup citra islam sebagai agama yang damai dan cinta ketentraman dalam menyapaikan syiar-syiar agama islam. Dakwah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia terbilang menghadapi tantangan yang besar, hal ini disebabkan oleh susunan struktur masyarakat yang berbeda-beda baik dari segi budaya, etnis, ras dan agama yang kemudian akan mewarnai dinamika masyarakat yang kadang tak terduga, sehingga sikap bijaksana sangat diperlukan.

Dakwah adalah suatu kegiatan menyerukan kebenaran berdasarkan Al-qur’an dan Al-hadist untuk beriman kepada allah, taat pada syari’at dan berakhak atau memiliki kepribadian islam. Dakwah adalah suatu kegiatan yang sangat mulia dalam islam karena tugasnya adalah menyerukan kebaikan-kebaikan yang diperintahkan oleh Allah kepada seluruh makhluk untuk menuju rahmat dan kasih sayang Allah. Dalam menjalankan dakwah ada banyak metode yang bisa digunakan seperti dakwah melalui pelayanan sosial, dakwah dengan menjadi seorang pemimpin, dakwah dengan akhlak yang baik, dakwah dengan menjadi penutut ilmu, dakwah dengan menjadi guru dan lain sebagainya, dimana dakwah dilaukan sesuai dengan kapasitas seorang muslim masing-masing, oleh karena itu perlu dibangun pemahaman dan kepribadian islam pada diri seorang yang menyampaikan syiar islam.

Kepribadian Islam atau Shakhshiyah Islamiyah adalah suatu perwujudan dari pola fikir dan pola perilaku yang berdasarkan nilai-nilai keislaman, dengan kata lain kepribadian islam berati bahwa seseorang memegang teguh nilai-nilai islam baik dalam bentuk pola perilakunya aatau pola fikirnya. Secara praktis kepribadian islam meliputi,aqidah kokoh, pemikiran yang berlandaskan islam, serta taat kepada aturan-aturan islam yang berupa akhlak-akhlak terhadap segala sesuatu. Taat kepada syari’at meliputi segala hal dan merupakan suatu bidang yang kompleks, karena dalam islam sendiri segalah hal perbuatan atau tingkah laku memilikih aturan tertentu sebagai bentuk akhlak dan ketaatan itu sendiri. Akhlak sendiri secara umum diartikan sebagai kecenderungan yang muncul dari ativitas mental untuk bertingkah laku seperti membuat kebaikan, keburukan keindahan ataupun kejelekan. Sehingga secara umum akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, namun dalam ajaran agama islam akhlak yang baik sangat dianjurkan atau bahkan diwajibkan sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Qalam ayat 4, yang artinya “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S [68]:4). Oleh karena itu akhlak terpuji wajib dimiliki dan terus ditingkatkan kadarnya sebagai bentuk usaha untuk menciptakan kepribadian isam dalam diri setiap muslim dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan suatu kegiatan dalam wilayah tertentu yang diakui keberadaan dalam waktu yang cukup lama oleh sekelompok masyarakat-masyarakat tertentu yang diikat oleh aturan yang diakui bersama dalam wilayah tersebut. Tatanan masyarakat indonesia merupakan tatanan masyarakat yang heterogen atau keadaan masyarakat yang memiliki karakteristik dan statifikasi yang berbeda beda yang disebabkan oleh perbedaan ras, suku, etnis, agama dan kebudayaan. Keadaan heterogen tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural, pandangan masyarakat seperti ini telah dijelaskan daam Al-Qur’an Surat Al-Hujaraat Ayat 13 yang artinya ”. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S[49]:13). Hal ini menandakan bahwa bahwa perbedaan atau kemajemukan sangat mungkin terjadi dan bahkan tidak dapat dihindarkan adanya dalam susunan masyarakat tertentu, termasuk indonesia.

Masyarakat majemuk di Indonesia setidaknya disebabkan oleh tiga poin utama pertama adalah latar belakang historis dimana berdasarkan sejarah yaitu bangsa-bangsa yang pertama kali datang ke indonesia yang membawa latar belakang perbedaan dari zaman ke zaman seperti perkembangan kerajaan hindu-budha, kerajaan islam, masa penjajahan dan lain-lain yang menyebabkan beragai peristiwa seperti akultrasi, yang merupakan percampuran dari dua kebudaaan. Selanjutnya adalah letak georgrafis yang menyebabkan perbedaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan seperti suhu, wilayah pantai,wilayah pegunungan, perkotaan, dan lain-lain. Dan ketiga adalah keterbukaan terhadap budaya luar yang meyebabkan bangsa indosesia harus menyesuaikan diri dengan arus globalisasi.

Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat majemuk berimbas sangat kompleks pada setiap aspek perbedaan tersebut, tekmasuk dalam tingkat agama. Beberapa tantangan berikut yang akan dihadapi dalam dinamika perkembangan masyarakat kultural pertama konflik, isu-isu SARA(Suku, Agama dan Ras)  yang merupakan permasalahan sensitif bagi setiap orang dimana ketika salah seorang dilecehkan maka memungkinkan terjadi konflik yang berkelanjutan yang pada akhirnya akan membuat streotipe-streotipe terhadap sekelompok masyarakat tertentu oleh kelompok masyarakat yang lain. Selanjutnya adalah intergrasi yaitu penyatuan hubungan dari berbagai suku ras dan agama agar senantiasa bersinergi dalam dinamika kehidupan berbangsa. Lalu selanjutnya Disintegrasi yaitu adanya sikap primordian antara suku, agama dan ras yang menyebabkan perpecahan dan ketidakserasian kelompok masyarakat tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan terakhir adalah reintegrasi adalah suatu proses pembentukan nlai dan norma masyarakat agar sesuai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan tantangan tersebut maka dapatlah dibuat sebuah siklus dalam dinamika masyarakat berkaitan dengan permasalahan tersebut, suatu negara tentu menginginkan keadaan yang Terintregasi dalam masyarakatnya. Hal ini akan didasarkan oleh konflik yang terjadi pada masyarakat, dimana konflik ini akan menyebabkan keadaan yang tidak harmonis dan tidak selaras dalam dinamika masyarakat yang dikenal dengan istilah disintregasi yang menyebabkan harus adanya reintregasi aitu pembuatan nilai dan norma baru untuk dilembagakan dalam tatanan masyarakat dalam membentuk masyarakat yang terintregasi, yaitu masyarakat yang selaras dan harmonis dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dinamika yang ada pada masyarakat bukanlah hal yang sederhana, dimana seseorang akan dihadakap dengan manusia beserta intergrasinya yang kompleks terhadap lingkungan beserta proses yang terjadi pada lingkungan tersebut. Mulai dari nilai dan norma yang dipegang, kepribadian yang menjadi karakteristik individidu, streotipe terhadap kelompok tertentu, konflik, atau secara sederhana dikaitan denga perilaku yang terjadi dalam hubungan iterpersonal dan intrapersonal secara komplek dan terintergrasi, dari hubungan kedua hal tersebut dengan lingkungak sekitar memungkinkan terjadi hal seperti yang dikatan diatas.oleh karena itu diperlukan sikap yang proporsional sebagai bentuk penyeimbang dalam menghadapi fenomena tersebut daam berbagai aktivitas, begitu pula dalam menjalankan aktivitas dakwah.

Sikap dakwah secara komplek di sebutkan di dalam Al-qur’an Surat An-Nahl ayat 25 yang artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S[16]:125). Dan ayat lainya dalam Al-qur’an Surat Al-Mu’minuun ayat 23 yang artinya “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”(Q.S[23]:96), hal ini mengisyaratkan bahwa hendaknyalah seseorang pendakwah atau penyampai kebenaran berlaku baik dalam kegiatan dakwahnya bahkan ketika dibanta sekaligus, hal ini penting untuk menjaga citra islam yang damai dan mencintai kebaikan.

Lalu mengapa perilaku-perilaku tersebut penting sekali untuk dikembangkan karena dalam masyarakat yang multikultural sulit sekali menetapkan perilaku standar dalam menghadapi mereka namun hal yang mudah yang dapat dilakukan adalah dengan berlaku tetap baik kepada semua orang dalam kondisi apapun, tentu hal ini akan berdampak sangat besar terhadap bagaimana pendangan seseorang terhadap sesuatu, oleh karena itu kepribadian islam pada diri seorang dai’ perlu dikembangkan untuk menghadapi berbagai perlakuan yang tidak terduga dengan cara yang baik, hal ini tentunnya akan menjelaskan islam secara tidak langsung dengan akhlak yang ditampilakan dalam kehidupan sehari-hari.

Para ulama menyebutkan beberapa akhlak yang terkait pada kepribadian islam adalah pemalu, sedikit menyakiti, berbuat baik, berkata jujur, sedikit bicara, beramal sholeh, menghindari kesalahan, hemat, berbakti, menyambung persaudaraan, tenang, penyabar, berterimah kasih atas kebaikan seseorang, ridha, santun, menepati janji, menjaga diri, tidak suka melaknat, menghindari mencaci, memaki, memfitnah,menggunjing gegabah, dendam, kikir dan lain-lain.

Adapun beberapa akhlak yang perlu dikembangkan pada diri setiap muslim sebagai seorang dai’ sebagaimana dinukil dari kitab Minhajul Muslimin Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri sebagai berikut:
  • Akhlak sabar dan tegar dalam menghadapi gangguan. Sebagai seorang muslim sabar adalah kewajiban dalam segala hal baik taat sabar dalam kepada Allah, sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah berupa gangguan-gangguan ataupun cobaan hidup lainya, dengan keyakinan bahwa hal tersebut terjadi karena Allah maka kita senantiasa bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT.
  • Akhlak bertawakal kepada Allah SWT dan bersandar kepada diri sendiri. Tawakal kepada Allah dalam segalah kondisi adalah merupakan bagian terpenting dengan meyakini sepenuh hati apa yang terjadi semuanya karena Allah maka kepada Allah kemudian seorang muslim bersandar, serta mempasrahkan diri, dengan tetap berusaha sebisanya.
  • Itsar (Mengutamakan orang lain) dan mencintai kebaikan. Dalam urusan keduniaan hendaknya seseorang mendahulukan oang lain sementara dalam urusan akhirat hendaknya ia mendahulukan dirinya sendiri hal ini diakukan sebagai bentuk mencintai kebaikan.
  • Akhlak adil dan pertengahan. Secara umum bersikap adil adalah kewajiban bagi tiap muslim, oleh karena itu, seorang muslim akan berlaku adil dala perkataan dan keputusannya, mencari dan menyelidikikeadilan dalam segala urusannya sehingga keadilan menjadi suatu akhlak yang tidak lepas darinya.
  • Akhlak penyayang. Kasih sayang adalah akhlak yang berkaian dengan kejernihan hati seseorang, seorang pendakwah wajib memiliki sifat penyayang untuk bekalnya dalam berdakwah terhadap makhluk ciptaan Allah SWT.
  • Akhlak Malu. Seorang muslim diwajibkan memiliki sikap malu, dan laangan untuk menghilangkannya, meskipun sifat malu itu menghalanginya untuk mendapatkan hak-haknya dari orang lain. Karena sifat malunya akan berkaitan dengan bagaimana ia akan bertingkah laku dalam kegiatan muallahnya.
  • Akhlak Insan (Memperbagus dan menyempurnakan amal). Hal ini bersesuaian dengan tujuan manusia itu diciptkan yaitu untuk beribadah kepada Allah salah satunya dengan merperbaiki dan mempergaus amalan yang akan dipersembahkan untuk Allah Swt.
  • Akhlak Jujur. Hal ini akan sangat berkaitan erat dengan kredibilitas seorang muslim dalam menyampaikan risalahnya yang membuat orang kemudain percaya terhadap apa yang dikatakannya.
  • Ahlak dermawan dan murah hati. Hal ini berkaitan dengan bagaiman seorang muslim mau membantu orang lain yang membutuhkan dengan apa yang dia miliki untuk bermurah hati kepada orang disekitarnya
  • Akhlak tawadhu dan mencela sifat kesombongan. Karena pada dasarnya setiap manusia menyukai sifat ketawaduan dalam diri seseorang karena tidak akan membuatnya merasa direndahkan tetapi sebaliknya merasa dihormati.

Seorang muslim diwajibkan berusaha sekuat tenaga untuk menanan sifat tersebut diatas, hingga semua sifat diatas benar-benar menjadi pribadi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan sifat tersebut ia mudah menjalankan ketaatannya kepada Allah Swt dalam segala bentuk ibadah baik ibadahnya yang berkaitan dengan Allah ataupun ibadahnya yang berkaitan dengan manusia yang dikenal dengan muamallah, dengan harapan ia mampu berakhlak dan beradan dalam memenuhi tugas dan kewajubannya kepada Allah serta makhluk-makhluk ciptaan Allah.

Dalam berdakwah menyampaikan risalah islam atau menyerukan kepada keimanan keada Allah Swt, diperlukan sikap yang proporsional yang sesuai dengan pribadi seorang muslim, terutama dalam tatanan masyarakat yang multikultural seperti indonesia. Hal ini akan sangat berkaitan erat dengan  mengenalkan bahwa islam adalah agama yang damai, islam menjamin kebaikan pada setiap individu, islam adalah agama yang berakhlak mulia dan beradab terhadap segalah hal dan kondisi, oleh karena itu tiap muslim wajib menbiasakan diri atau menanankan sifat-sifat dari kepribadian islam seperti tawakal, sabar, tawadhu dermawan, pemalu dan lain sebagainya sebagai sifat yang dibiasakan dan ditanam pada dirinya sebagai orang muslim, dengan demikian orang diluar islam akan belajar bahwa akhlak mulialah yang diajarkan oleh agama islam, dan perubahan serta penyampaian pesan tersebut dapat ditangkap sebagai pesan dakwah terhadap orang lain. Dengan akhlak yang baik pada diri seoang islam akan mampu menciptkan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta islam akan dikenal sebagai agama yang cinta damai dan menghormati hak asasi kemusiaan.

Wallahu’allam Bishowab

Semoga konten kami bermanfaat
EmoticonEmoticon