Integrasi antara Metode Dakwah dengan Akhlaq Mulia dalam Tatanan Masyarakat Multikultural bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara untuk Mengenalkan Citra Islam yang Mencintai Perdaiman
Oleh : Sahupriadi
(Sahupriadi.al.husian1@gmail.com)
Universitas Negeri Malang
Menyampaikan kebaikan dalam islam dalam sesuatu yang mulia,
kegiatan seperti ini secara umum dikenal sebagai dakwah, begitupun dalam
menghadapi perbedaan yang ada dimasyarakat yang ada dalam masyarakat diperlukan
sikap yang proporsional dalam berdakwah untuk menghidup citra islam sebagai
agama yang damai dan cinta ketentraman dalam menyapaikan syiar-syiar agama
islam. Dakwah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia terbilang
menghadapi tantangan yang besar, hal ini disebabkan oleh susunan struktur
masyarakat yang berbeda-beda baik dari segi budaya, etnis, ras dan agama yang
kemudian akan mewarnai dinamika masyarakat yang kadang tak terduga, sehingga
sikap bijaksana sangat diperlukan.
Dakwah adalah suatu kegiatan menyerukan kebenaran berdasarkan
Al-qur’an dan Al-hadist untuk beriman kepada allah, taat pada syari’at dan
berakhak atau memiliki kepribadian islam. Dakwah adalah suatu kegiatan yang
sangat mulia dalam islam karena tugasnya adalah menyerukan kebaikan-kebaikan
yang diperintahkan oleh Allah kepada seluruh makhluk untuk menuju rahmat dan
kasih sayang Allah. Dalam menjalankan dakwah ada banyak metode yang bisa
digunakan seperti dakwah melalui pelayanan sosial, dakwah dengan menjadi
seorang pemimpin, dakwah dengan akhlak yang baik, dakwah dengan menjadi penutut
ilmu, dakwah dengan menjadi guru dan lain sebagainya, dimana dakwah dilaukan
sesuai dengan kapasitas seorang muslim masing-masing, oleh karena itu perlu
dibangun pemahaman dan kepribadian islam pada diri seorang yang menyampaikan syiar
islam.
Kepribadian Islam atau Shakhshiyah Islamiyah adalah suatu
perwujudan dari pola fikir dan pola perilaku yang berdasarkan nilai-nilai
keislaman, dengan kata lain kepribadian islam berati bahwa seseorang memegang
teguh nilai-nilai islam baik dalam bentuk pola perilakunya aatau pola fikirnya.
Secara praktis kepribadian islam meliputi,aqidah kokoh, pemikiran yang
berlandaskan islam, serta taat kepada aturan-aturan islam yang berupa
akhlak-akhlak terhadap segala sesuatu. Taat kepada syari’at meliputi segala hal
dan merupakan suatu bidang yang kompleks, karena dalam islam sendiri segalah
hal perbuatan atau tingkah laku memilikih aturan tertentu sebagai bentuk akhlak
dan ketaatan itu sendiri. Akhlak sendiri secara umum diartikan sebagai
kecenderungan yang muncul dari ativitas mental untuk bertingkah laku seperti
membuat kebaikan, keburukan keindahan ataupun kejelekan. Sehingga secara umum
akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, namun
dalam ajaran agama islam akhlak yang baik sangat dianjurkan atau bahkan
diwajibkan sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Qalam ayat 4, yang artinya
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S
[68]:4). Oleh karena itu akhlak terpuji wajib dimiliki dan terus ditingkatkan kadarnya
sebagai bentuk usaha untuk menciptakan kepribadian isam dalam diri setiap
muslim dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan suatu kegiatan dalam
wilayah tertentu yang diakui keberadaan dalam waktu yang cukup lama oleh
sekelompok masyarakat-masyarakat tertentu yang diikat oleh aturan yang diakui
bersama dalam wilayah tersebut. Tatanan masyarakat indonesia merupakan tatanan
masyarakat yang heterogen atau keadaan masyarakat yang memiliki karakteristik
dan statifikasi yang berbeda beda yang disebabkan oleh perbedaan ras, suku,
etnis, agama dan kebudayaan. Keadaan heterogen tersebut dikenal dengan istilah
masyarakat multikultural, pandangan masyarakat seperti ini telah dijelaskan
daam Al-Qur’an Surat Al-Hujaraat Ayat 13 yang artinya ”. Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S[49]:13).
Hal ini menandakan bahwa bahwa perbedaan atau kemajemukan sangat mungkin
terjadi dan bahkan tidak dapat dihindarkan adanya dalam susunan masyarakat
tertentu, termasuk indonesia.
Masyarakat majemuk di Indonesia
setidaknya disebabkan oleh tiga poin utama pertama adalah latar belakang
historis dimana berdasarkan sejarah yaitu bangsa-bangsa yang pertama kali
datang ke indonesia yang membawa latar belakang perbedaan dari zaman ke zaman
seperti perkembangan kerajaan hindu-budha, kerajaan islam, masa penjajahan dan
lain-lain yang menyebabkan beragai peristiwa seperti akultrasi, yang merupakan
percampuran dari dua kebudaaan. Selanjutnya adalah letak georgrafis yang
menyebabkan perbedaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan seperti suhu,
wilayah pantai,wilayah pegunungan, perkotaan, dan lain-lain. Dan ketiga adalah
keterbukaan terhadap budaya luar yang meyebabkan bangsa indosesia harus
menyesuaikan diri dengan arus globalisasi.
Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat majemuk berimbas sangat
kompleks pada setiap aspek perbedaan tersebut, tekmasuk dalam tingkat agama.
Beberapa tantangan berikut yang akan dihadapi dalam dinamika perkembangan
masyarakat kultural pertama konflik, isu-isu SARA(Suku, Agama dan Ras) yang merupakan permasalahan sensitif bagi
setiap orang dimana ketika salah seorang dilecehkan maka memungkinkan terjadi
konflik yang berkelanjutan yang pada akhirnya akan membuat streotipe-streotipe
terhadap sekelompok masyarakat tertentu oleh kelompok masyarakat yang lain.
Selanjutnya adalah intergrasi yaitu penyatuan hubungan dari berbagai suku ras
dan agama agar senantiasa bersinergi dalam dinamika kehidupan berbangsa. Lalu
selanjutnya Disintegrasi yaitu adanya sikap primordian antara suku, agama dan
ras yang menyebabkan perpecahan dan ketidakserasian kelompok masyarakat
tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan terakhir adalah
reintegrasi adalah suatu proses pembentukan nlai dan norma masyarakat agar
sesuai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan tantangan tersebut maka dapatlah dibuat sebuah siklus
dalam dinamika masyarakat berkaitan dengan permasalahan tersebut, suatu negara
tentu menginginkan keadaan yang Terintregasi dalam masyarakatnya. Hal ini akan
didasarkan oleh konflik yang terjadi pada masyarakat, dimana konflik ini akan
menyebabkan keadaan yang tidak harmonis dan tidak selaras dalam dinamika
masyarakat yang dikenal dengan istilah disintregasi yang menyebabkan harus
adanya reintregasi aitu pembuatan nilai dan norma baru untuk dilembagakan dalam
tatanan masyarakat dalam membentuk masyarakat yang terintregasi, yaitu
masyarakat yang selaras dan harmonis dalam dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dinamika yang ada pada masyarakat bukanlah hal yang sederhana,
dimana seseorang akan dihadakap dengan manusia beserta intergrasinya yang
kompleks terhadap lingkungan beserta proses yang terjadi pada lingkungan
tersebut. Mulai dari nilai dan norma yang dipegang, kepribadian yang menjadi
karakteristik individidu, streotipe terhadap kelompok tertentu, konflik, atau
secara sederhana dikaitan denga perilaku yang terjadi dalam hubungan
iterpersonal dan intrapersonal secara komplek dan terintergrasi, dari hubungan
kedua hal tersebut dengan lingkungak sekitar memungkinkan terjadi hal seperti
yang dikatan diatas.oleh karena itu diperlukan sikap yang proporsional sebagai
bentuk penyeimbang dalam menghadapi fenomena tersebut daam berbagai aktivitas,
begitu pula dalam menjalankan aktivitas dakwah.
Sikap dakwah secara komplek di sebutkan di dalam Al-qur’an Surat
An-Nahl ayat 25 yang artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S[16]:125). Dan ayat lainya dalam Al-qur’an Surat
Al-Mu’minuun ayat 23 yang artinya “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan
yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”(Q.S[23]:96),
hal ini mengisyaratkan bahwa hendaknyalah seseorang pendakwah atau penyampai
kebenaran berlaku baik dalam kegiatan dakwahnya bahkan ketika dibanta
sekaligus, hal ini penting untuk menjaga citra islam yang damai dan mencintai kebaikan.
Lalu mengapa perilaku-perilaku
tersebut penting sekali untuk dikembangkan karena dalam masyarakat yang
multikultural sulit sekali menetapkan perilaku standar dalam menghadapi mereka
namun hal yang mudah yang dapat dilakukan adalah dengan berlaku tetap baik
kepada semua orang dalam kondisi apapun, tentu hal ini akan berdampak sangat
besar terhadap bagaimana pendangan seseorang terhadap sesuatu, oleh karena itu
kepribadian islam pada diri seorang dai’ perlu dikembangkan untuk menghadapi
berbagai perlakuan yang tidak terduga dengan cara yang baik, hal ini tentunnya
akan menjelaskan islam secara tidak langsung dengan akhlak yang ditampilakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Para ulama menyebutkan beberapa
akhlak yang terkait pada kepribadian islam adalah pemalu, sedikit menyakiti,
berbuat baik, berkata jujur, sedikit bicara, beramal sholeh, menghindari
kesalahan, hemat, berbakti, menyambung persaudaraan, tenang, penyabar,
berterimah kasih atas kebaikan seseorang, ridha, santun, menepati janji,
menjaga diri, tidak suka melaknat, menghindari mencaci, memaki,
memfitnah,menggunjing gegabah, dendam, kikir dan lain-lain.
Adapun beberapa akhlak yang perlu dikembangkan pada diri setiap
muslim sebagai seorang dai’ sebagaimana dinukil dari kitab Minhajul Muslimin
Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri sebagai berikut:
- Akhlak sabar dan tegar dalam menghadapi gangguan. Sebagai seorang muslim sabar adalah kewajiban dalam segala hal baik taat sabar dalam kepada Allah, sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah berupa gangguan-gangguan ataupun cobaan hidup lainya, dengan keyakinan bahwa hal tersebut terjadi karena Allah maka kita senantiasa bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT.
- Akhlak bertawakal kepada Allah SWT dan bersandar kepada diri sendiri. Tawakal kepada Allah dalam segalah kondisi adalah merupakan bagian terpenting dengan meyakini sepenuh hati apa yang terjadi semuanya karena Allah maka kepada Allah kemudian seorang muslim bersandar, serta mempasrahkan diri, dengan tetap berusaha sebisanya.
- Itsar (Mengutamakan orang lain) dan mencintai kebaikan. Dalam urusan keduniaan hendaknya seseorang mendahulukan oang lain sementara dalam urusan akhirat hendaknya ia mendahulukan dirinya sendiri hal ini diakukan sebagai bentuk mencintai kebaikan.
- Akhlak adil dan pertengahan. Secara umum bersikap adil adalah kewajiban bagi tiap muslim, oleh karena itu, seorang muslim akan berlaku adil dala perkataan dan keputusannya, mencari dan menyelidikikeadilan dalam segala urusannya sehingga keadilan menjadi suatu akhlak yang tidak lepas darinya.
- Akhlak penyayang. Kasih sayang adalah akhlak yang berkaian dengan kejernihan hati seseorang, seorang pendakwah wajib memiliki sifat penyayang untuk bekalnya dalam berdakwah terhadap makhluk ciptaan Allah SWT.
- Akhlak Malu. Seorang muslim diwajibkan memiliki sikap malu, dan laangan untuk menghilangkannya, meskipun sifat malu itu menghalanginya untuk mendapatkan hak-haknya dari orang lain. Karena sifat malunya akan berkaitan dengan bagaimana ia akan bertingkah laku dalam kegiatan muallahnya.
- Akhlak Insan (Memperbagus dan menyempurnakan amal). Hal ini bersesuaian dengan tujuan manusia itu diciptkan yaitu untuk beribadah kepada Allah salah satunya dengan merperbaiki dan mempergaus amalan yang akan dipersembahkan untuk Allah Swt.
- Akhlak Jujur. Hal ini akan sangat berkaitan erat dengan kredibilitas seorang muslim dalam menyampaikan risalahnya yang membuat orang kemudain percaya terhadap apa yang dikatakannya.
- Ahlak dermawan dan murah hati. Hal ini berkaitan dengan bagaiman seorang muslim mau membantu orang lain yang membutuhkan dengan apa yang dia miliki untuk bermurah hati kepada orang disekitarnya
- Akhlak tawadhu dan mencela sifat kesombongan. Karena pada dasarnya setiap manusia menyukai sifat ketawaduan dalam diri seseorang karena tidak akan membuatnya merasa direndahkan tetapi sebaliknya merasa dihormati.
Seorang muslim diwajibkan berusaha sekuat
tenaga untuk menanan sifat tersebut diatas, hingga semua sifat diatas
benar-benar menjadi pribadi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan
sifat tersebut ia mudah menjalankan ketaatannya kepada Allah Swt dalam segala
bentuk ibadah baik ibadahnya yang berkaitan dengan Allah ataupun ibadahnya yang
berkaitan dengan manusia yang dikenal dengan muamallah, dengan harapan ia mampu
berakhlak dan beradan dalam memenuhi tugas dan kewajubannya kepada Allah serta
makhluk-makhluk ciptaan Allah.
Dalam berdakwah
menyampaikan risalah islam atau menyerukan kepada keimanan keada Allah Swt,
diperlukan sikap yang proporsional yang sesuai dengan pribadi seorang muslim,
terutama dalam tatanan masyarakat yang multikultural seperti indonesia. Hal ini
akan sangat berkaitan erat dengan
mengenalkan bahwa islam adalah agama yang damai, islam menjamin kebaikan
pada setiap individu, islam adalah agama yang berakhlak mulia dan beradab
terhadap segalah hal dan kondisi, oleh karena itu tiap muslim wajib menbiasakan
diri atau menanankan sifat-sifat dari kepribadian islam seperti tawakal, sabar,
tawadhu dermawan, pemalu dan lain sebagainya sebagai sifat yang dibiasakan dan
ditanam pada dirinya sebagai orang muslim, dengan demikian orang diluar islam
akan belajar bahwa akhlak mulialah yang diajarkan oleh agama islam, dan
perubahan serta penyampaian pesan tersebut dapat ditangkap sebagai pesan dakwah
terhadap orang lain. Dengan akhlak yang baik pada diri seoang islam akan mampu
menciptkan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta islam
akan dikenal sebagai agama yang cinta damai dan menghormati hak asasi
kemusiaan.
Wallahu’allam
Bishowab
Semoga konten kami bermanfaat
EmoticonEmoticon