View AllTsaqofah

View AllTips Menarik

Jumat, 09 Juni 2017

Menjaga Anak dan Pemuda dari Paham Liberal dan Pluralisme



Orang Tua, Engkau Mempunyai Tugas yang Berat

Tugas terbesar dan terberat orang tua bukanlah menjadikan anaknya semata-mata memiliki banyak harta dan berkedudukan tinggi, tetapi tugas terbesar orang tua adalah menjadikan anak tersebut dekat dengan Allah dan memiliki akidah yang baik dan benar.

Jika ada anak-anak dan pemuda yang memiliki akidah tidak benar, seperti mengarah kepada pemikiran liberal atau pluralisme, sebaiknya jangan menyalahkan mereka secara total, apalagi di-bully habis-habisan. Mereka adalah anak-anak dan pemuda yang sedang mencari jati diri dan lebih banyak butuh bimbingan daripada celaan atau cacian.

Bisa jadi ini adalah kesalahan dan kelalaian kita bersama terhadap pendidikan akidah dasar pada anak-anak dan remaja. Sebagai orang tua bahkan kita sendiripun kadang lalai mempelajari dan mendakwahkan cara beragama yang benar kepada mereka. Jangan sampai buku-buku dan bacaan akidah tersimpan rapi di rumah tetapi sangat jarang bahkan tidak pernah disentuh.

Orang Tua, Jangan Hanya Fokus Pada Pendidikan Dunia Saja

Bisa jadi sebagian orang tua hanya fokus pada pendidikan dunia semata, sedangkan pendidikan agama benar-benar lalai. Bahkan demi mengejar pendidikan dunia tersebut, orang tua sampai mendatangkan guru les matematika atau fisika ke rumah, akan tetapi guru ngaji dan guru agama tidak diperhatikan sama sekali.

Orang Tua, Sadarilah Bahaya Pemikiran Liberal dan Pluralisme pada Anak

Paham liberal dan pluralisme secara sederhana adalah suatu pemikiran yang bebas dalam menafsirkan agama. Mereka beranggapan bahwa semua agama itu sama dan tidak ada kebenaran mutlak pada satu agama. Paham ini tidak hanya menimpa orang dewasa saja, tetapi saat ini mulai memasuki pikiran anak-anak. Padahal sangat jelas, ajaran Islam menolak dan bertentangan dengan paham ini. dalil-dalilnya sudah sangat jelas dan mudah didapatkan di dalam ajaran dasar-dasar Islam. Ini bukti bahwa kita benar-benar mulai lalai akan pendidikan akidah dan agama bagi anak-anak dan para pemuda.

Orang Tua, Lebih Awaslah Terhadap Perilaku Anak di Sosial Media

Terlebih di zaman modern sekarang ini, berkembangnya internet dan sosial media akan semakin memudahkan anak dalam mendapatkan akses berbagai informasi. Orang tua benar-benar harus memperhatikan akidah anak-anak dan para pemuda. Inilah yang dicontohkan oleh nabi Ya’qub, beliau benar-benar memastikan akidah dan agama anak-anak beliau.

Allah berfirman mengenai kisah nabi Ya’qub,

ﺃَﻡْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَ ﺇِﺫْ ﺣَﻀَﺮَ ﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺒَﻨِﻴﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﺇِﻟَٰﻬَﻚَ ﻭَﺇِﻟَٰﻪَ ﺁﺑَﺎﺋِﻚَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ﻭَﺇِﺳْﺤَﺎﻕَ ﺇِﻟَٰﻬًﺎ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﻟَﻪُ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ

“Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab:”Kami akan menyembah Sesembahanmu dan Sesembahan nenek moyangmu; Ibrahim, Isma’il, dan Ishak, (yaitu) Sesembahan satu-satu-Nya yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”. (Al-Baqarah/2:133)

Dalam Tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa nabi Ya’qub benar-benar ingin memastikan anak dan cucunya memiliki akidah yang baik. Beliau mengumpulkan semua anak dan cucunya menjelang kematiannya untuk memastikan hal ini. Al-Baghawi berkata,

ﻓﺠﻤﻊ ﻭﻟﺪﻩ ﻭﻭﻟﺪ ﻭﻟﺪﻩ ، ﻭﻗﺎﻝ ﻟﻬﻢ ﻗﺪ ﺣﻀﺮ ﺃﺟﻠﻲ ﻓﻤﺎ ﺗﻌﺒﺪﻭﻥ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻱ

“Nabi Ya’qub pun mengumpulkan anak dan cucunya, kemudian bertanya kepada mereka tatkala akan datang ajalnya, apa yang akan mereka sembah setelah kematiannya.” (Lihat Tafsir Al-Baghawi)

Orang Tua, Contohlah Orang-Orang Shalih Terdahulu Dalam Mendidik Anaknya

Demikian juga orang-orang shalih sebelum kita, semisal Luqman yang menasehati anak-anaknya agar menjaga akidah dan agama mereka, jangan sekali-kali menyekutukan Allah atau berbuat syirik. Luqman berkata kepada anak-anaknya ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟُﻘْﻤَﺎﻥُ ﻟِﺎﺑْﻨِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻌِﻈُﻪُ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ۖ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Orang Tua, Jangan Takut Menolak Paham Liberal dan Pluralisme

Untuk menolak dan membantah paham liberal dan plutalisme cukup mudah dan jelas, karena ada dalam pelajaran agama yang sangat mendasar. Jika sampai anak-anak dan pemuda kita tidak paham, berarti kita memang benar-benar lalai akan hal ini.

Misalnya untuk membantah paham mereka bahwa semua agama itu sama dan kebenaran pada satu agama itu tidaklah mutlak yang mereka kampanyekan dengan bertopeng toleransi, bijaksana dan merangkul/menyenangkan semua pihak. Sangat jelas bahwa dalam ajaran Islam, agama yang diridhai adalah Islam saja, sedangkan agama selain Islam tidak benar.

Yaitu firman Allah,

ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺒْﺘَﻎِ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺩِﻳﻨًﺎ ﻓَﻠَﻦْ ﻳُﻘْﺒَﻞَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Orang Tua, Tanamkan Sejak Dini Bahwa Hanya Islam Agama yang Benar

Hanya Islam agama yang benar, sehingga untuk menyenangkan dan merangkul agama lain bukan dengan membuat pernyataan semua agama sama baiknya dan sama-sama benar, akan tetapi dengan menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang adil dan indah, tidak memaksakan ajaran kepada orang lain serta larangan keras menzalimi agama lain tanpa uzur syariat. Oleh karena itu, sebagai bentuk kasih sayang kepada manusia, Islam mengajak agar manusia memeluk Islam.

Contohnya adalah perintah Allah agar adil meskipun kepada orang non-muslim sekalipun

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan,

لا ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة

“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturahmi, membalas kebaikan, berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka, karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” [Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm]

Demikian juga dasar-dasar Islam lainnya. Satu-satunya kebenaran adalah dari nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam dan Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya.

Nabi shallallahualaihiwasallam bersabda,

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻧَﻔْﺲُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻻَ ﻳِﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻲْ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻷُﻣَّﺔِ ﻳَﻬُﻮْﺩِﻱٌّ ﻭَﻻَ ﻧَﺼْﺮَﺍﻧِﻲٌّ ﺛُﻢَّ َﻳﻤُﻮْﺕُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﺆْﻣِﻦْ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﺭْﺳِﻠْﺖُ ﺑِﻪِ ﺇِﻻَّ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat manusia yang mendengarku; Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia adalah penghuni neraka.” (HR Muslim)

Mari kita giatkan kembali dakwah serta pelajaran akidah kepada anak-anak dan pemuda kita. Semoga Allah menjaga mereka dan kaum muslimin dari akidah dan pemahaman yang rusak seperti pemahaman liberal dan pluralisme.

Yogyakarta tercinta, dalam keheningan jaga malam Submer: Muslim.or.id

Mutiara Hikmah Al-Fudhail bin Iyadh


Beliau seorang tokoh terkemuka dari generasi tabi’ut tabi’in. Al-Fudail bin Iyadh adalah sosok ahli ibadah yang banyak menghabiskan waktunya di Mekah dan Madinah. Kehidupannya penuh dengan cahaya ilmu, amal serta istiqomah dalam membela kebenaran. Dan salah satu kelebihannya yang dianugerahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya adalah di munculkan banyak hikmah melalui lisannya.

Dari Abdullah Ash-Shomad Mardawaih Ash-Sha’igh, dia berkata: “Ibnul Mubarok berkata kepadaku bahwa sesungguhnya Al-Fudhail merupakan bukti kebenaran kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan dimunculkan hikmah melalui lisannya. Dia termasuk manusia yang dikaruniai manfaat dari amal-amalnya.” (Siyar A’lam An Nubala 8/ 425). Diantara mutiara hikmah yang diungkapkannya adalah: “Kosongkan hatimu untuk sedih dan takut, sampai keduanya dapat bersarang. Apabila sedih dan takut bersarang dihatimu, maka keduanya akan membentengimu dari melakukan maksiat dan menjauhkan dirimu dari api neraka.” (Siyar A’lam An-Nubala 8/ 438 ). Rasa takut dan sedih akan siksanya membuat hatinya begitu memiliki harapan besar untuk selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Begitu pula saat disebut-sebut nama Allah atau mendengar ayat-ayat-Nya, rasa takut dan sedih itu selalu memenuhi hati dan pikirannya. Dari Sufyan bin ‘Uyainah, dia berkata, “Aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih takut kepada Allah daripada Al-Fudhail dan ayahnya.” Dari Muhammad bin Thufail, dia berkata, “Aku mendengar Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Sedih (karena Allah) di dunia menghilangkan keresahan di akhirat dan (terlalu) gembira di dunia menghilangkan manisnya beribadah.” Perkataan beliau merupakan wujud nyata betapa beliau sosok yang bening hatinya, dalam ilmunya serta mampu merealisasikan mutiara-mutiara hikmah yang sarat dengan keagungan iman, dan penghambaan yang tulus kepada Rabb-nya yang begitu dicintainya.

Ada sebuah nasehat indah yang layak ditulis dengan tinta emas, dan menjadi renungan kita bersama. Al-Fudhail bin Iyadh berkata (kepada dirinya) “Wahai, kasihannya engkau…..engkau berbuat buruk, tetapi engkau merasa berbuat baik, engkau tidak tahu, tetapi merasa selevel dengan ‘ulama’, engkau kikir, tetapi engkau merasa dermawan, engkau pandir, tetapi merasa berakal (cerdas), ajalmu pendek , namun angan-anganmu panjang.” ( Siyar A’lamin Nubala 8/ 440 ).
Subhanallah, dalam sekaligus penuh pesan moral yang luar biasa dari ungkapan-ungkapan beliau, Allah memberinya kecerdasan batin hingga dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla kaum muslimin mampu mendapatkan faedah tak ternilai untuk menjadi seorang mukmin yang ikhlas, qona’ah dan menjalani roda kehidupan selaras dengan syari’at-Nya.

Hidupnya laksana cermin tak jauh beda dengan apa yang beliau katakan. Dan itulah teladan yang konkret dan dijadikan aspirasi positif dalam membangun jatidiri membentuk karakter Islami sebagai seorang mukmin sejati. Adz-Dzahabi berkata, “Ditanyakan kepada Al-Fudhail bin Iyadh: “Apakah zuhud itu?” . Dia menjawab, “Banyak qona’ah,” lalu ditanyakan, “Apakah wara’ itu?” Al-Fudhail menjawab, “Menjauh dari sesuatu yang dilarang Syari’at,” Dan ketika ditanyakan, “Apakah ibadah itu?” maka Al-Fudhail menjawab, “Melaksanakan sesuatu yang diwajibkan,” Lalu ditanyakan pula, “Apa itu tawadhu‘?” Al-Fudhail menjawab, “Anda tunduk kepada Yang Haq. Dan ketahuilah sesungguhnya Wara’ terberat itu terletak pada lisan.”

Salah satu sifat menonjol beliau adalah sangat peduli dan perhatian terhadap murid-muridnya. Sesuatu ketika ia mendatangi salah satu muridnya yang tengah sakaratul maut. Beliau membimbingnya untuk bersyahadat tetapi lisannya tak mampu mengucapkan bacaaan syahadat. Beliau mengulang-ulangi bacaan syahadat, namun muridnya mengatakan, “Saya tidak dapat mengucapkannya,” hingga Al-Fudhail berlepas diri darinya. Beliaupun menangis setelah kematian sang murid, beliau bermimpi dalam tidurnya ternyata murid tersebut setiap tahun meminum segelas arak agar sembuh dari penyakitnya.

Demikianlah sekilas pandangan perkataan dan hikmah dari episode kehidupan Al-Fuhail bin Iyadh, Semoga kita bisa mengambil ibrah berharga yang mampu menambah nutrisi keimanan dan mewariskan energi positif untuk meneladaninya.

***

Referensi : – Yang Aku Khawatirkan Atas Umatku, Abu Yahya Badrussalam, Penerbit Nashirussunah, 2012 – Hiburan Orang-orang Shalih ( terjemah ) , Muhammad Amin Al-Jundhi , Pustaka Arofah. – 60 Biografi ‘Ulama Salaf (terjemah), Syaikh Ahmad Farid, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2006.



Sumber: https://muslimah.or.id/9378-mutiara-hikmah-al-fudhail-bin-iyadh.html

Kebahagiaan Awal Sebuah Kisah


“Engkau berharap kesuksesan sementara tidak berjalan pada jalannya. Sesunguhnya perahu tidaklah berlayar di daratan.” (Tafsir Ruhul Ma’aniy, Al-Alusy, 4/ 395 ),

Perkataan di atas adalah perkataan yang sangat relevan dengan kondisi kehidupan manusia.

Banyak orang bercita-cita hidup bahagia, sementara mereka melakukan berbagai macam kesyirikan! Seperti memenuhi syarat syirik yang dipersyaratkan oleh paranormal yang mereka percayai, entah dengan dalih rezeki melimpah, ketemu jodoh, lulus ujian dan lain-lain. Benarkah mereka bahagia dengannya? Sekali-kali tidak! Pastilah itu merupakan kebahagiaan yang semu! Karena mustahil orang yang berbuat syirik, menyekutukan Allah dan tak percaya pada Kemahakuasaan-Nya dalam mengatur rizki, pernikahan dan berbagi kesuksesan lainnya, mampu menemukan serta merasakan oase kebahagiaan sejati sebagaimana yang dirasakan oleh ahli tauhid.

Orang yang tak meyakini Kemahakuasaan-Nya akan berprasangka buruk kepada Allah ketika ia mendapatkan banyak musibah dalam hidupnya. Itulah pola pikir negatif yang membuat seseorang menuntut kehidupan yang berlebihan.

Ungkapan-ungkapan buruk lainnya seperti, “Nanti setelah aku bahagia, aku akan sholat dan beribadah dengan baik!” Bukankah dengan menyembah Allah Ta’ala, menjauhi kesyirikan serta beribadah dengan benar, pasti hidupnya akan bahaga lahir batin dunia akhirat??

“Aku harus kaya dulu baru bersedekah dan menunaikan ibadah haji!”, padahal dengan bersedekah dan berhaji rezeki takkan seret, justru diberkahi!

Begitulah ketika orang terlalu bermain logika dan dibalut nafsu, ia cenderung berpikir dan berbuat keburukan. Para ahli maksiat, seperti orang yang gemar meneguk miras, bergelut dalam dunia prostitusi, suka menikmati hingar bingarnya musik, bahagiakah hati mereka dengannya?? Ya..kebahagiaan semu yang sesaat!

Mungkinkah orang yang melanggar Syariat Islam dan berbuat dosa mampu mengecap kebahagiaan yang sebenarnya tatkala ia melakukannya? Kebahagiaan yang abadi hanyalah diraih dengan iman dan amal shalih!

Penduduk Swedia yang hidup dalam tingkat ekonomi tinggi, nyaris laksana mimpi, negeri aman, kaya dan semua tercukupi, benar-benar makmur secara ekonomi. Namun orang-orang di sana hidup dalam kegelisaan, galau dan secara psikologis tak bahagia. Apa rahasia besar dibalik fenomena menyakitkan itu? Tidak adanya keimanan, itulah jawabannya!

Ketika hati kosong dari keimanan kepada Allah Ta’ala manusia pasti tak pernah bahagia. Karena kebahagiaan itu hanya terwujud ketika orang berjalan di atas jalan Allah.

Itulah Al-Qur’an dan As-sunnah yang menyebabkan bangkitnya ruh kebahagiaan abadi sebagaimana yang pernah dirasakan para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam serta orang-orang yang konsisiten di atas jalan kebenaran.

Ada kisah inspiratif yang mengandung mutiara hikmah, betapa kebahagiaan itu sangat berharga!

Suatu ketika terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, kemudian sang suami mengancam istri, “Aku akan menyengsarakanmu!”, namun sang istri menjawab dengan tenang, “Kamu tidak bisa menyengsarakanku, sebagaimana kamu juga tidak bisa membahagiakanku”.

Sang suami bertanya dengan penuh kemarahan, “Bagaimana mungkin aku tidak bisa?”, sang istri menjawab dengan penuh percaya diri, “Jika kebahagiaan itu terletak pada gaji yang kamu berikan kepadaku, niscaya kamu bisa memutusnya dariku, atau bila kebahagiaan itu terletak pada perhiasan berupa intan, permata, dan emas, maka kamu bisa mencabutnya dariku. Akan tetapi, kebahagiaan itu tidaklah kamu kuasai, dan tidak pula dikuasai oleh semua orang!” Lalu sang istri melanjutkan, “Aku menemukan kebahagiaan dalam keimananku yang terletak di dalam hati. Hatiku tidak ada yang memilikinya, kecuali Rabbku!”

Ya…kebahagiaan itu tak bisa direbut oleh orang lain, dia sebuah anugerah dari Allah Ta’ala yang khusus teruntuk hamba-hamba-Nya yang shalih.

Renungilah betapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah dicaci maki, diembargo ekonomi, bahkan terancam jiwanya, namun beliau tetap bahagia tak mengeluh sedikitpun. Atau Asiah istri Fir’aun yang disiksa lantaran menyembah Allah Ta’ala, justru hatinya bahagia karena iman! Fisik boleh sengsara tapi iman tetaplah berkobar-kobar dan berbaik sangka kepada Allah karena begitu menghujam kekuatan iman dan semua yang dialaminya akan berbuah kebahagiaan yang tanpa batas.

Al-Makmun pernah bertanya kepada orang yang paling bahagia di negerinya, lelaki itu tinggal di sebuah gubuk disamping istana Kholifah, “Apa sebenarnya arti kebahagiaan? orang itu menjawab, “Wahai Kholifah, kebahagiaan itu terletak pada tiga kalimat: menjalankan perintah Allah, puas dengan rezeki yang dibagikan oleh Allah, dan ridha terhadap takdir-Nya (dicuplik dari Mukhtar Islami.com).

Hanya dengan Islam dan menjalani ritme hidup di bawah petunjuk Allah Ta’ala, kita pasti bahagia!

*****

Referensi : One Heart, Zainal Abidin bin Syamsudin, Pustaka Imam Bonjol, Jakarta Sesuatu Yang Kamu Tanam Akan Kamu Panen, Mahmud Al-Mushri, Najah, Yogyakarta Tips-Tips Dahsyat Kelola Stres dan Emosi, Efrita Novia Araska, Yogyakarta.



Sumber: https://muslimah.or.id/9447-kebahagiaan-awal-sebuah-kisah.html

Sekilas Tentang Kecerdasan Anak-Anak



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai anak-anak. Buktinya Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu adalah bayi yang lahir sesaat setelah Asma’ bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq tiba di bumi …

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai anak-anak. Buktinya Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu adalah bayi yang lahir sesaat setelah Asma’ bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq tiba di bumi hijrah Madinah. Dia segera dibawa ke hadapan beliau, kemudian dipangkunya. Dengan sangat bahagia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mentahniknya dengan kurma. Kisah tentang pentahnikannya telah disebutkan di dalam hadits riwayat Al-Bukhari rahimahullah.

Selanjutnya, tumbuhlah Abdullah bin Az-Zubair sebagai seorang anak yang sangat cerdas, dan Adz-Dzahabi rahimahullah menyebutkan bahwa walaupun ia adalah tergolong sahabat yunior, namun ia memiliki prestasi besar dalam ilmu, jihad dan ibadah.

Begitu pula kisah Abdullah bin Umar yang disebutkan dalam HR. Al-Bukhari bahwa ketika ia berusia 14 tahun, dihadapkanlah ia kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diizinkan untuk mengikuti perang Uhud, namun ternyata sosok remaja tersebut tidak diizinkan ikut berjihad karena usianya yang masih belia itu. Subhanallah! Mereka adalah anak-anak yang sangat antusias dalam menjalankan perintah Allah ‘Azza wa Jalla .

Kisah menarik lagi, yaitu tatkala Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu melintasi Ibnu Az-Zubair ketika itu ia masih kanak-kanak, saat sedang bermain bersama anak-anak lainnya, anak-anak lari. Sedangkan Ibnu Az-Zubair berdiri di tempat. Umar bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak ikut lari bersama teman-temanmu?”. Ibnu Zubair menjawab,” Wahai Amirul Mukminin aku tidak berbuat dosa kenapa aku takut dan jalan ini tidaklah sempit hingga aku perlu melapangkannya untukmu.” Allah Akbar! Betapa anak itu sangat cerdas dalam berdialog dengan orang dewasa. Dia sangat percaya diri, pemberani dan ksatria.

Ada lagi kisah mengagumkan dari kehidupan Ibnu Az-Zubair ketika ia masih kanak-kanak, suatu hari ia bermain bersama anak-anak lainnya, lalu lewatlah seorang lelaki yang lantas meneriaki mereka, maka anak-anak itupun lari sedangkan Ibnu Az-Zubair berjalan mundur ke belakang dan berkata, “Hai teman-teman angkatlah aku sebagai pemimpin kalian dan dukunglah aku untuk menghadapi orang ini!”

Selayaknya orang dewasa tidaklah meremehkan orang yang lebih muda dengan mengatakan “Ah, mereka hanya anak-anak yang masih kurang akal!” Bukankah terkadang orang yang lebih tua perlu banyak belajar dari sosok yang bernama anak-anak? Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahkan fitrah yang suci, lurus, polos dan hal-hal lain yang mampu menjadikan seorang anak begitu istimewa, bahkan tak jarang membuat kagum serta mengalahkan orang-orang dewasa dalam hal kecerdasan otak, kebersihan hati dan juga kecerdasaan pikiran.

Seorang ahli nahwu (gramatika Arab) berkata kepada anaknya, “Jika kamu hendak mengungkapkan sesuatu maka pergunakan akalmu, pikirkanlah dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu sehingga kamu merangkai kalimat dengan baik dan benar”. Suatu ketika keduanya sedang duduk-duduk pada musim dingin sambil menyalakan api. Tiba-tiba ada percikan api yang mengenai jubah sang ayah. Sang ayah tidak menyadari hal tersebut, sedangkan si anak melihatnya. Si anak terdiam sesaat sambil berpikir. Kemudian dia berkata, “Ayah, saya ingin meyampaikan sesuatu kepadamu, apakah engkau mengizinkan? ”. Sang ayah menjawab, “Jika sesuatu yang benar ucapkanlah” “Saya yakin benar”, jawab si anak. Ayahnya berkata lagi, “Ya sudah katakan saja!” “Sungguh saya melihat merah-merah di jubah ayah”. Kontan sang ayah melihat jubahnya, ternyata sebagian besar jubahnya telah terbakar! Dia berkata kepada anaknya, “Mengapa kamu tidak segera memberitahukan kepadaku?” Si anak menjawab , “Saya pikirkan dulu sebagaimana perintah Ayah! Kemudian saya menyusun kalimat yang benar, baru saya ucapkan”. Lalu sang ayah membentaknya dengan berkata, “Jangan berbicara dengan mengikuti kaidah nahwu untuk selamanya!”

Itulah dialog unik antara ayah dengan anaknya yang tentunya membuat orang tersenyum lantaran kepolosan sang anak. Seorang putra Ar Rasyid yang masih berumur empat tahun diperintah menemui beliau. Kemudian Ar Rasyid bertanya kepadanya, “Apa yang kamu suka untuk aku berikan kepadamu?”, sang putra menjawab, “Kebagusan pikiranmu”.

*****

Referensi : Al-Adzkiya ( terjemah) Ibnul Jauzi, Buana Ilmu Islami, Banyumas 1434 H. Cet I. Hiburan orang-orang shalih, Muhammad Amin Al-Jundi, Pustaka Arofah, Solo 2011, cet. I. Sirah Sahabat, Abdurrahman Ra’fat Basya, Pustaka Haura’, Yogyakarta, November 2012 cet.I.


Sumber: https://muslimah.or.id/9355-sekilas-tentang-kecerdasan-anak-anak.html

Jumat, 02 Juni 2017

Cara Agar Tidak Terjebak Rayuan Maut Lelaki


Cara agar tidak terjebak dengan rayauan maut lelaki.
1. Jika lelaki sok perhatian dengan suka nanya urusan pribadi, misal tanya kabar, ingatin makan, ingatin sahur, ingatin shalat dan lain-lain maka jurus terbaik adalah "diamkan". Walau dia chat setiap hari dalam sebulan, maka prinsipmu jangan berubah. Diamkan saja! Jika dia terus chat selama berbulan-bulan, namun tiba-tiba ia tidak chat, tidak usah kamu chat dia balik. Bisa saja, hanya strategi muslihatnya, untuk ngetes kamu apakah peduli atau tidak. Jika sekali saja kamu balas chatnya, maka 1000 kali ia akan semangat untuk kontak kamu. Makanya cara terbaik adalah diamkan, walau diancam, walau dia marah, walau dia menangis, kuncinya diamkan saja.
2. Hindari penampilan-penampilan fisik yang membuat lelaki terpanah matanya. Misal memakai pakaian yang memperlihatkan aurat, make-up yg tebal, parfum harum, dan penampilan2 lain yang menonjolkan kecantikan. Sebab membuat lelaki tergerakkan nafsunya untuk menggodamu.
3. Jangan memberikan "lampu hijau" pada lelaki . Misal melempar senyum manis, mengajak ngomong hal yg nggak penting, chat-chat tanpa keperluan, dan bersikap membuka diri. Sebab lelaki diberikan "lampu merah" saja dia maksa, apalagi diberikan lampu hijau.
4. Hindari ajak-ajakan lelaki untuk jalan berdua atau bersama teman-temannya maupun temanmu. Misal mengajak ke tempat wisata, ngajak nonton, ngajak makan, dan mengajak jalan2. Sebab jika sudah terjadi kedekatan, akan membuat kamu berat hati menolak keinginan mengajak hubungan lebih lanjut.
5. Kuatkan pemahaman agama dalam hal sistem pergaulan Islam. Sehingga memahami rambu-rambu antara-laki dan perempuan.
Oleh: ka @LaOdeMunafar, Pengaggas gerakan IndonesiaTanpaPacaran. Follow IG @IndonesiaTanpaPacaran

2 Jalan Cinta Halal


Pilih mana hayoooo??? ;) 

Kamis, 01 Juni 2017

Haru Ramadhan



HARU RAMADHAN
Oleh : Diana
Hari itu, kian meredup
Setiap celah rindu terselip
Seakan membisikan sesuatu
Untuk mencari satu demi persatu rindu
Yang katanya; seakan menggelikan
Datangnya... Siapa sangka; semua tahu
Hari itu,
Bagai dosa ingin dilebur
Berharap baik dibulan penuh suci ini
Pesona sekali datangnya...
Membuat hati semakin dekat dengan pemilik hati
Siapa sangka; Dia lah Dzat yang paling mulia
Sungguh... Bulan Ramadhan telah tiba
Tiada kata yang terbaik
Hanya kalimat syukur yang terlontar
Ketika hari menjadi suci
Tanpa berlumur dosa yang mengarungi